Sabtu, 28 Januari 2017

Biografi Julius Dos Santos

Julius Dos Santos adalah putra bungsu dari pasangan Quintino de Neri dan Maria Encarnação Barreto. Ia mempunyai 3 saudara perempuan dan 3 saudara laki-laki. Ia dilahirkan di kampung Sabur Lili, sebuah kampung di sebelah timur Suco Dato-Tolu, Kecamatan Fohorem, Kabupaten Cova-Lima, Timor-Leste pada 17 Juni 1992. Ia dilahirkan ketika kedua orang tuanya sedang berada di ladang/sawah yang lokasinya jauh dari kecamatan. Fasilitas seperti Rumah Sakit atau Puskesmas hanya ada di kecamatan yang jaraknya sekitar 10 km dari lokasi ia dilahirkan. Sehingga ia dilahirkan dengan fasilitas seadanya, di sebuah gubuk kecil yang biasa digunakan untuk berteduh saat tiba hujan dan menaruh makanan saat berangkat dari rumah. Tanpa bantuan bidan atau dengan fasilitas rumah sakit. Setelah ia lahir, ia diberi nama Koly Bau. Koly Bau adalah nama kakeknya yang sudah meninggal. Julius Dos Santos adalah nama yang diberikan pada waktu ia dibabtis. Sementara Ryus adalah nama panggilannya semasa ia masih kecil.

Ayahnya pensiunan tentara Klandestin, tentara pejuang kemerdekaan Timor-leste dengan Jabatan sebagai Sersan. Ibunya seorang petani. Pada usia 3 tahun ayahnya meninggal dunia karena luka yang dideritanya saat jatuh dari atas batu di kebun kopi milik keluarganya. Saat itu juga keluarganya mulai hidup dalam masa-masa serba kesulitan. Ibunya harus banting tulang untuk menghidupi keluarga mereka dan membiayai sekolah kelima anaknya. Semua harta peninggalan suaminya dijual demi menghidupi keluarga dan membiayai sekolah anak-anaknya. Walau hidup dalam kondisi yang serba kekurangan atau kesulitan, namun semangat ibunya tak pernah reda. Ia bahkan sampai menjual cabe, terong hanya untuk beli beras untuk bisa mengisi perut anak2nya. Bersyukurlah anak-nya yang nomor dua mendapatkan beasiswa dari pemerintah daerah. Dengan adanya bantuan tersebut dapat mengurangi beban ibu nya. Kakaknya yang nomor dua mendapat bantuan dari paroki. Sementara kakaknya yang pertama dan ke empat tidak melanjutkan pendidikannya setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas.

Pada tahun 1999, saat ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas III, Santos mengalami situasi yang tidak menyenangkan. Dimana ia dan keluarganya dihadapkan dengan konflik berdarah 1999. Konflik yang memakan ribuan korban jiwa. Konflik dimana masyarakat Timor-Timur (sebutan Timor-Leste sebelum merdeka) dipaksakan untuk memilih untuk bergabung dengan Republik Indonesia atau hidup di Negara yang berdaulat. Saat itu, ia dan keluarganya harus lari ke hutan untuk menyelamatkan diri dari serangan Milisi dan Laksaur (Kelompok Pro-Integrasi dengan Indonesia). Semua tempat tinggal mereka dibakar oleh milisi dan laksaur.  Kakek dan nenek serta tantenya ditangkap oleh milisi dan laksaur. Selama hidup di hutan keluarganya hanya berbekal makanan dari jagung yang ditumbuk, serta makanan lokal seperti singkong, jagung, ubi serta talas. Hampir setahun hidup di hutan, akhirnya bebas juga dari hutan, tepatnya pada akhir tahun 1999 dan awal 2000 setelah kondisi di Timor timur sudah mulai aman. Kelompok Milisi dan Laksaur yang sering berkeliaran di daerah dekat persembunyian mereka pun sudah mulai tak terlihat lagi keberadaannya. Hal itu dikarenakan adanya bantuan tentara INTERFET (Tentara Perdamaian /Anggota PBB) serta bantuan militer keamanan dari negara lain seperti newzeland, fizi, pakistan, slovakia, singapur dan lain. Saat merasa kondisi sudah mulai aman santos bersama keluarganya keluar dari hutan dan kembali ke kampung. Saat itu kakak pertama dan suaminya pindah ke kabupaten Cova-lima untuk mencari lehidupan baru. 3 tahun kemudian kakaknya yang nomor 3 serta suaminya ikut setelah dapat kabar dari kakal pertamanya tentang kondisi di kabupaten dan adanya tempat tinggal disana. Sementara Santos sama kakaknya nomor dua, dan nomor 5 serta ibunya tinggal di kampung mereka.

Setelah lulus dari bangku Sekolah Dasar Barut Toii pada 2004 Ia pindah ke Kahupaten Cova-Lima. Disana ia tinggal bersama saudara perempuannya yang bernama Veronica Dos Santos. Selama di Kabupaten, Tempat tinggalnya tidak tetap dikarenakan ia orang yang tidak mau menerima nasehat kakaknya atau orang lain, Sehingga ia sering dimarahin, akibatnya ia sering berpindah tempat tinggal. Pernah suatu hari ia dikurung dalam kamar untuk dinasehati, tapi saat kakaknya sedang menasehatinya, ia keluar lewat jendela. Bahkan ia sering banting barang-barang dalam kamarnya bila kakaknya menasehatinya. Walaupun keras lepala namun ia rajin belajar dan gak pernah bolos sekolah. Ia juga sering mendapatkan renking di kelas. Oleh karena kecerdasannya ia sering dijuluki cowok yang menglamorkan hati banyak wanita.

Tahun 2007 ia lulus dari Sekolah Menengah Pertama, SMP Sandalwood. Setelah lulus dari ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas, SMAN 01 Suai Cova-Lima. Masa-masa Remajanya ia menghabiskan saat ia duduk di bangku SMA. Di masa-masa ini pula lah ia mulai mengenal betapa indah dan kejamnya dunia romantisme. Asty adalah cewek pertama yang mengajarkan ia mengenal dunia romantisme. Setahun setelah lulus dari SMA pada 2010, ia pindah ke Jogja untuk melanjutkan pendidikannya.

Awal mula Ia mendaftarkan diri Universitas Ahmad Dalan (UAD) Yogyakarta. Ia memutuskan untuk mengambil jurusan Teknik Informatika. Setelah lolos dari seleksi, Ia memutuskan untuk mendaftarkan diri di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, mengambil Jurusan Hubungan Internasional. Setelah menerima hasil seleksi, Ia dinyatakan lolos, dan akhirnya Ia memutuskan untuk menekuni pendidikan di Universitas tersebut.

Setelah melewati proses yang panjang, akhirnya tahun 2018 Ia lulus dari Universitas Muhammadiya Yogyakarta, dengan predikat Lulusan Terbaik. Dan kini, Ia sedang bekerja di salah satu Organisasi Non-Governmental (NGO) dari Australia, yang berdomisili di Timor-Leste.

Share:

0 Comment:

Posting Komentar

Monggo, Jika Anda Ingin Komentar, Tapi Tolong Gunakan Bahasa Yang Sopan.
Monggo, Jika Anda Ingin Kritik, Tapi Tolong Kritik Yang Membangun.

Total Pageviews

Theme Support